sumber berita Spaceliner Terbang Eropa-Australia dalam 90 Menit : http://teknologi.inilah.com/read/detail/2234784/spaceliner-terbang-eropa-australia-dalam-90-menit
INILAHCOM. Bremen -- Berapa jam perjalanan dengan pesawat terbang dari salah kota di Eropa ke Australia? Mungkin 15 sampai 18 jam, karena Anda harus transit isi bahan bakar atau ganti pesawat.
Badan Antariksa Jerman sedang merancang sebuah jet hipersonik, yang didukung teknologi roket, untuk memungkinkan terbang dari Eropa ke Australia dalam 90 menit.
Spaceliner, demikian bentuk transportasi ultra-cepat yang sedang dikembangkan Jerman. Pesawat menggunakan teknologi roket ruang angkasa, untuk menghindari banyak masalah teknis yang membuat pesawat hipersonik tidak mungkin pada saat ini.
Ilmuwan di DLR Institute of Space Systems di Bremen juga sedang berusaha menjadikan teknologi ini 100 persen ramah lingkungan dan dapat digunakan lagi. Sejauh ini, roket luar angkasa tidak mungkin digunakan dua kali.
Cara Kerja Spaceliner
Pesawat terdiri dari dua tahap. Pertama, tahap pendorong yang terdiri dari sembilan roket dan tangki bahan bakar. Kedua, pesawat penumpang sebenarnya; kabin kapasitas 50 penumpang dan dua awak, dua mesin roket dan tangki bahan bakar.
Untuk lepas landas, seluruh dari sebelas roket harus berfungsi agar Spaceliner meluncur vertikal seperti roket konvensional. Setelah empat menit penerbangan, tahap pedorong terpisah dari bagian penumpang.
Menggunakan teknologi baru yang disebut in-air capturing, roket pendorong dijemput pesawat yang didesain khusus. Roket pendorong, menggunakap sayap, mendarat otonom dan kembali ke pangkalannya.
Pada saat yang sama Spaceliner terbang menggunakan dua mesin yang mampu mencapai kecepatan Mach 25. Pesawat seberat enam ton akan bergerak dengan kecepatan 7,5 kilometer per detik, atau 26,280 kilometer per jam.
Pada pesawat terbang konvensional, penumpang sering merasakan sedikit gravitasi -- sekitara 1,2G -- saat lepas landas dan mendarat.
Saat ini pesawat hipersonik dianggap tidak aman bagi penumpang, tapil DLR mengatakan penumpang di Spaceliner hanya merasa g-force maksimum 2,5G. sebagai perbandingan, gravitasi saat Anda duduk di roller coaster adalah 8 sampai 9G.
Kabin tahap penumpang juga berfungsi sebagai kapsul penyelamat dan akan memiliki sistem propulsi surya. Dalam keadaan darurat, mesih kecil akan aktif dengan sendirinya.
Siapa yang Naik Spaceliner?
Spaceliner akan dibangun dengan biaya 30 miliar dolar AS, atau Rp 424,6 triliun, dan ditargetkan terdiri dari kelas penumpang; first class dan business class.
"Concorde dibuat dengan biaya 9 miliar dolar AS, dan Airbus A380 sekitar 4 miliar dolar," ujar Olga Travailo, ilmuwan dan peneliti Badan Luar Angkasa Jerman kepada IBTimes UK.
"Tahun 2050, terbang dengan Spaceliner sangat mungkin. Pesawat masa depan adalah hipersonik," ujarnya.
Pesawat tidak hanya membawa penumpang, tapi juga kargo. Kargo bisa apa saja, termasuk organ tubuh manusia untuk kepentingan tranplantasi.
Harga tiket Spaceliner dipastikan sangat mahal. Namun, tujuan pesawat ini bukan skala komersial jangka pendek. Spaceliner kelak memungkinkan perjalanan orbit rendah dengan muatan 20 ton.
Canggih, Teknologi Hijau
Teknologi Spaceliner diharapkan membuat perjalanan ruang angkasa lebih murah dan ramah lingkungan. Spaceliner didukung propelan terbuat dari oksigen dan hidrogen cair, sehingga emisi satu-satunya adalah uap air.
Cairan dapat digunakan sebagai sistem pendingin aktif untuk meredam panas tepi dan hidung pesawat; sayap dan sirip. Selama ini pesawat hipersonik kerap menderita gesekan udara dan beban panas tinggi akibat kompresi ekstrem alirah hipersonik saat meluncur amat cepat.
"Kami yakin pasar pesawat ini ada. Ini konsep paling canggih di masanya," ujar Travalio.
DLR kini sedang mencari mitra penelitian dan komersial. Sebuah model yang lebih kecil akan diuji di DLR Arc-heaters Facility di Koln. Peneliti juga masih mencari kursi penumpang yang mampu menyerap kekuatan gravitasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar